TarunaKota.com, Jakarta – Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Jakarta (FISH UNJ), Firdaus Wadji, menegaskan bahwa kuliah tamu yang menghadirkan Prof. Celedonia R. Hilario dari Northern Visayas College (NVC), Filipina, bukan hanya sekadar berbagi ilmu pengetahuan, tetapi juga merupakan bagian dari upaya membangun iklim akademik yang baik serta memperkuat jejaring internasional antara kedua universitas dan negara.
“Kami merasa bangga karena hari ini kita kedatangan Prof. Celedonia R. Hilario dari Northern Visayas College (NVC) yang menjadi pemateri kajian di FISH hari ini,” ujarnya dalam sambutannya pada kegiatan kuliah tamu yang berlangsung di Ruang Pertemuan Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum UNJ, Jumat, 7 Maret 2025.
Firdaus Wadji berharap kegiatan ini dapat membina hubungan akademik antara UNJ dan NVC serta mempererat kerja sama akademik antara kedua negara. “Harapannya ke depan ada kegiatan akademik susulan untuk mempererat kerja sama kedua universitas,” tambahnya.
Menelusuri Kaitan Bahasa Aklanon dan Indonesia
Dalam kuliah tamu ini, Prof. Celedonia R. Hilario membawakan diskusi berdasarkan risetnya yang berjudul “Tracing the Aklanon Indonesia Connection Through Language”. Ia menjelaskan bahwa bahasa yang digunakan oleh masyarakat Aklan, sebuah provinsi di Pulau Panay, Visayas Barat, Filipina, yang dikenal sebagai Aklanon, termasuk dalam subkelompok bahasa Melayu-Polinesia.
Melalui risetnya, Prof. Celedonia mengemukakan bahwa orang Filipina dan Malaysia memiliki banyak kesamaan sehingga sering disangka sebagai orang Malaysia atau Indonesia. Ia juga menyoroti adanya kemiripan bahasa antara Filipina dan Indonesia.
“Ternyata para penduduk di Panay adalah keturunan Kalimantan, di mana para penduduk Kalimantan diusir akibat penganiayaan oleh Datu Makatunaw,” ungkapnya.
Melalui penelitiannya, Prof. Celedonia ingin membuktikan bahwa hubungan antara masyarakat Indonesia dan Aklanon telah terjalin sejak lama dalam sejarah. Ia mengidentifikasi bahwa banyak penghuni kawasan Aklanon memiliki keturunan dari Indonesia, yang dapat dibuktikan melalui berbagai kesamaan bahasa dan aspek budaya lainnya.
“Sebagai contoh, dalam bahasa Aklanon angka ‘daywa’ memiliki kesamaan dengan angka ‘dua’ dalam bahasa Indonesia. Begitu juga dengan kata ‘lima’ yang memiliki arti yang sama dalam kedua bahasa,” jelasnya.
Pembuktian Sejarah dan Identitas Suku Aklanon
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Celedonia juga menegaskan bahwa penelitian ini merupakan langkah untuk membuktikan sejarah dan memahami identitas suku Aklanon dalam konteks historis yang lebih luas. Dengan memahami jejak bahasa dan budaya yang serupa, masyarakat Aklanon dapat lebih memahami akar sejarah mereka dan hubungan mereka dengan bangsa Indonesia.
Kuliah tamu ini menjadi momentum penting bagi mahasiswa dan akademisi di UNJ untuk mengeksplorasi lebih dalam tentang koneksi budaya dan sejarah antara Indonesia dan Filipina, serta memperkuat kerja sama akademik lintas negara di masa mendatang. (Amelia)
Tinggalkan Balasan