TarunaKota.com, Yogyakarta, 20 Maret 2025 – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) RI, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, menyoroti fenomena learning loss yang tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia. Learning loss merujuk pada kondisi di mana motivasi, kemampuan belajar, dan pencapaian akademis siswa mengalami penurunan signifikan. Menurutnya, kondisi ini terjadi akibat kekosongan pembelajaran atau sistem pembelajaran daring yang diterapkan selama masa pandemi.
“Selama pandemi, pembelajaran dilakukan secara daring atau bahkan tidak berjalan sama sekali. Dampaknya masih terasa hingga saat ini,” ungkap Abdul Mu’ti dalam kajian Ramadhan Public Lecture (RPL) bertajuk Pendidikan sebagai Soko Guru Pembangunan Indonesia Emas 2045 di Masjid Kampus UGM, Rabu (19/3).
Tantangan dan Solusi
Learning loss menjadi tantangan besar bagi dunia pendidikan di Indonesia. Untuk mengatasinya, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berupaya meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi di kalangan siswa. Salah satu langkah strategis yang dikembangkan adalah mendirikan sekolah-sekolah Satu Atap, terutama di daerah terpencil yang sulit dijangkau.
“Kami berupaya memastikan bahwa anak-anak yang tidak bisa sekolah dapat terlayani dengan baik. Sekolah Satu Atap diharapkan menjadi solusi dalam memberikan akses pendidikan yang lebih merata,” ujar Abdul Mu’ti.
Selain itu, Kemendikbudristek juga meluncurkan program penanaman karakter bertajuk 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Program ini ditujukan bagi siswa dari tingkat PAUD hingga SMA guna mencetak Generasi Emas 2045. Program ini diterapkan melalui tiga pendekatan utama, yakni kelas, budaya sekolah, dan kegiatan masyarakat.
“Program ini dimulai dengan kebiasaan bangun pagi, diikuti dengan kebiasaan berolahraga, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, serta tidur cepat,” jelasnya.
Pendidikan sebagai Pilar Bangsa
Dalam ceramahnya, Abdul Mu’ti menekankan bahwa pendidikan merupakan kunci dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki warga negara cerdas, berilmu, dan kompeten. Oleh karena itu, pendidikan yang berkualitas harus dapat diakses oleh seluruh warga negara tanpa terkecuali.
Namun, ia juga menegaskan bahwa pendidikan bukan sekadar transfer ilmu, tetapi juga pembentukan karakter, mental, spiritual, dan moral yang kuat agar generasi muda siap menghadapi tantangan global di masa depan.
Membangun Jejaring Sosial sebagai Kekuatan Bangsa
Selain pendidikan, Abdul Mu’ti menyoroti pentingnya membangun jejaring sosial antar-masyarakat. Menurutnya, perbedaan bukanlah penghalang, melainkan modal dan kekuatan dalam memperkuat satu sama lain. Dalam konteks Islam, jejaring sosial ini dikenal sebagai jamaah, yang mencerminkan kekuatan dalam organisasi yang tertib dan kerja sama yang erat.
“Pendidikan yang berkesinambungan harus dimulai dengan menanamkan kebiasaan baik sejak dini, sehingga generasi kita tumbuh dengan kepribadian luhur dan unggul sebagai bangsa,” pungkasnya.
Dengan berbagai upaya ini, diharapkan Indonesia dapat bangkit dari learning loss dan melahirkan generasi yang siap menghadapi Indonesia Emas 2045. (Amelia)
Tinggalkan Balasan