TarunaKota.com, Kendal, 07 Maret 2025 – “Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang dapat Anda gunakan untuk mengubah dunia,” kata Nelson Mandela. Kutipan ini mencerminkan perjalanan Dewi Nur Laksmi Astutiningtyas, seorang guru kelas 5 di SDN 4 Banyuringin, Kendal. Bertugas di sekolah yang terletak di tengah perkebunan karet, Dewi membawa misi besar: mengubah metode pembelajaran konvensional dengan teknologi agar anak-anak desa siap menghadapi tantangan era digital.
Membawa Inovasi Digital ke Kelas
Dewi dikenal sebagai sosok inspiratif yang berhasil mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran. Berkat bimbingannya, murid-murid yang mayoritas berasal dari pedesaan kini terampil menggunakan gawai untuk belajar. Mereka mampu:
– Mencari referensi melalui situs web pendidikan
– Membuat presentasi daring secara mandiri
– Memanfaatkan kecerdasan buatan seperti ChatGPT dan Gemini untuk memperluas wawasan
Tak hanya itu, inisiatif murid dalam membuat buku antologi puisi dan media belajar digital menunjukkan efektivitas metode pengajaran yang diterapkan Dewi.
Namun, pencapaiannya tidak datang dalam semalam. Dewi terus berinovasi, terutama dalam mengajarkan numerasi. Ketika melihat murid kesulitan memahami konsep pecahan dan persen melalui buku ajar, ia mengganti strategi dengan permainan edukatif daring berbasis pecahan.
“Saat bermain game, mereka tidak hanya belajar matematika, tetapi juga mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dan berpikir kritis,” ujar Dewi, yang juga seorang ibu dua anak.
Berbagi Ilmu & Menginspirasi Lewat Digital
Dewi aktif berbagi inovasi pendidikan dengan rekan sejawat. Sebagai Google Certified Trainer dan Koordinator Guru Penggerak Angkatan 9 Kabupaten Kendal, ia menjabat sebagai:
– Ketua Komunitas Belajar Guru SIMPEL Kecamatan Singorojo
– Anggota Komunitas Kendal Pintar Berbagi binaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kendal
Kiprahnya semakin luas ketika ia terpilih sebagai Guru Konten Kreator Jawa Tengah dan narasumber Program Berbagi Praktik Baik BBGP Provinsi Jawa Tengah.
Di Instagram, konten edukatifnya telah menginspirasi lebih dari 21 ribu pengikut. Salah satu videonya tentang penerapan AI dalam pembelajaran bahkan ditonton lebih dari 1,2 juta kali!
Mendidik dengan Hati, Menginspirasi dengan Aksi
Bagi Dewi, mendidik bukan sekadar mengajar di kelas. Ia membangun ekosistem pembelajaran inklusif di sekolahnya agar anak-anak desa berani bermimpi besar, berpikir kritis, dan berkarya dengan teknologi.
“Sekolah kami kecil, hanya ada tiga guru dan semuanya perempuan. Tapi kami tidak boleh tertinggal! Kami harus melek teknologi agar murid-murid kami punya kesempatan yang sama dengan anak-anak di kota,” tegas Dewi.
Tak hanya itu, ia juga berupaya membangun kepercayaan diri murid perempuan, mendorong mereka agar tidak takut bermimpi dan bercita-cita tinggi.
“Saya ingin mereka paham bahwa perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam pendidikan dan kehidupan,” ujarnya.
Selain menginspirasi murid-muridnya, Dewi juga terus belajar. Saat ini, ia tengah menjalani ujian tesis pascasarjana.
“Pendidikan bukan sekadar menyandang gelar, tetapi perjalanan untuk terus berkembang,” tambahnya dengan penuh semangat.
Misi Besar: Pendidikan Digital untuk Semua
Dengan berbagai pencapaiannya, Dewi ingin terus memperluas pengaruhnya melalui kampanye media sosial.
“Misi saya adalah memastikan anak-anak di daerah pelosok mendapatkan akses yang sama terhadap pembelajaran digital, sebagaimana anak-anak di perkotaan,” tuturnya.
Ia berharap dapat membangun jaringan pendidik inovatif yang berkomitmen untuk mengubah wajah pendidikan Indonesia. Semangatnya selaras dengan pesan International Women’s Day: merangkul kesetaraan dan memperjuangkan akses pendidikan berkualitas bagi semua. (Amelia)
Tinggalkan Balasan